Kamis, 27 April 2017

MANAJEMEN RISIKO - PENGUKURAN RISIKO


Pengertian Pengukuran Resiko
Pengukuran resiko adalah usaha untuk mengetahui besar/kecilnya resiko yang akan terjadi. Hal ini dilakukan untuk melihat tinggi rendahnya resiko yang dihadapi perusahaan, kemudian bisa melihat dampak dari resiko terhadap kinerja perusahaan sekaligus bisa melakukan prioritisasi resiko, resiko yang mana yang paling relevan.
Pengukuran resiko merupakan tahap lanjutan setelah pengidentifikasian resiko. Dimana pengidentifikasian risiko pada dasarnya merupakan kegiatan analisis secara sistematis dan berkesinambungan untuk menemukan/mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan terjadinya kerugian yang potensial yang dihadapi/mengancam perusahaan. 
Hal ini dilakukan untuk menentukan relatif pentingnya resiko, untuk memperoleh informasi yang akan menolong untuk menetapkan  kombinasi peralatan manajemen resiko yang cocok untuk menanganinya. Dimensi (bagian) yang harus diukur:
1.                Frekuensi atau jumlah kejadian yang akan terjadi
           Besarnya kemungkinan kejadian artinya berapa besar kemungkinan suatu peril (Suatu peristiwa (event) yang kejadiannya menimbulkan LOSS atau penyebab langsung kerugian) yang dapat menimbulkan risiko dapat terjadi dalam suatu periode.
2.                Keparahan dari kerugian
           Besarnya kerugian bila suatu risiko terjadi, artinya berapa besar kerugian yang diderita bila suatu risiko terjadi. Jadi dalam hal ini tingkat kegawatan (reverity) atau keparahan dari kerugian-kerugian tersebut,  sampai seberapa besar pengaruhnya terhadap kondisi perusahaan, terutama kondisi finansialnya
Dari hasil pengukuran yang mencakup dua dimensi (bagian) tersebut paling tidak diketahui:
·         Nilai rata-rata dari kerugian selama suatu periode anggaran.
·         Variasi nilai kerugian dari satu periode anggaran ke periode anggaran yang lain naik-turunnya nilai kerugian dari waktu ke waktu.
3.                Dampak keseluruhan dari kerugian-kerugian  
           Yaitu kerugian yang ditanggung sendiri (diretensi), jadi tidak hanya nilai rupiahnya saja.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan dimensi (bagian) pengukuran tersebut, antara lain:
1.      Orang umumnya memandang bahwa dimensi kegawatan dari suatu kerugian potensial lebih penting dari pada frekuensinya atau jumlah kejadian yang akan terjadi.
2.      Dalam menentukan kegawatan dari suatu kerugian potensial seorang Manajer Risiko harus secara cermat memperhitungkan semua tipe kerugian yang dapat terjadi, terutama dalam kaitannya dengan pengaruhnya terhadap situasi finansial perusahaan.
3.      Dalam pengukuran kerugian Manajer Risiko juga harus memperhatikan orang, harta kekayaan atau exposures yang lain, yang tidak terkena peril (Suatu peristiwa (event) yang kejadiannya menimbulkan LOSS atau penyebab langsung kerugian).
4.      Kadang-kadang akibat akhir dari peril (Suatu peristiwa (event) yang kejadiannya menimbulkan LOSS atau penyebab langsung kerugian) terhadap kondisi finansial perusahaan lebih parah dari pada yang diperhitungkan, antara lain akibat tidak diketahuinya atau tidak diperhitungkannya kerugian-kerugian tidak langsung.
5.      Dalam mengestimasi kegawatan dari suatu kerugian penting pula diperhatikan jangka waktu dari suatu kerugian, di samping nilai rupiahnya.

Evaluasi dan pengukuran  resiko
Tujuan evaluasi risiko adalah memahami karakteristik risiko dengan lebih baik. Jika kita memahami risiko dengan lebih baik, maka risiko akan lebih mudah dikendalikan.
1.      Mempelajari karakteristik risiko
2.      Melakukan pengukuran terhadap risiko (mengembangkan ukuran besar kecilnya risiko)
3.      Mengukur dampak risiko tersebut terhadap organisasi
4.      Evaluasi dan pengukuran risiko bisa digunakan untuk melakukan prioritisasi risiko

Tekhnik Pengukuran Resiko
1.      Pengukuran resiko dengan distribusi probabilitas (kemungkinan)
Digunakan sebagai gambaran kualitatif dari peluang atau frekuensi. Kemungkinan dari kejadian atau hasil yang spesifik, diukur dengan rasio dari kejadian atau hasil yang spesifik terhadap jumlah kemungkinan kejadian atau hasil. Probabilitas dilambangkan dengan angka dari 0 dan 1, dengan 0 menandakan kejadian atau hasil yang tidak mungkin dan 1 menandakan kejadian atau hasil yang pasti. Konsep probabilitas yaitu dengan konsep mengenai “sample space”(lingkup kejadian) dan event suatu kejadian atau peristiwa. Sample Space (Set S) merupakan suatu set dari kejadian tertentu yang diamati.  Misalnya : jumlah kecelakaan mobil di wilayah tertentu selama periode tertentu. Suatu Set S bisa terdiri dari beberapa segmen (sub set) atau event (Set E).  misalnya : jumlah kecelakaan mobil di atas terdiri dari segmen mobil pribadi & mobil penumpang umum.
Seberapa besar kemungkinan (probabilitas) risiko akan terjadi. Ada 5 (lima) kategori probabilitas risiko:
1.      Paling kecil kemungkinan terjadinya  (very rare);
2.      Jarang (rare);
3.      Mungkin (possible);
4.      Sangat mungkin (likely); dan
5.      Hampir pasti (almost certain).
Untuk menghitung secara cermat probabilitas dari kecelakaan mobil tersebut masing-masing Set E perlu diberi bobot.  Pembobotan tersebut biasanya didasarkan pada bukti empiris dari pengalaman masa lalu.  Misalnya :  untuk mobil pribadi diberi bobot 2, sedang untuk mobil penumpang umum diberi bobot 1, maka probabilitas dari kecelakaan mobil tersebut dapat dihitung dengan rumus:
a.       bilatanpabobot  :          P  (E)  =  E/S
b.      bila dengan bobot :       P (E)  =  W (E)
                                                   W (S)
Keterangan :         P (E)    =  probabilitas terjadinya event.
                             E          =  sub set atau event
                             S          =  sample space atau set
                             W        =  bobot dari masing-masing event
Contoh :
Dari catatan polisi diketahui jumlah kecelakaan mobil di Bandung selama tahun 2000 sebanyak 10.000 kali.  Dari jumlah tersebut, 1000 menimpa mobil pribadi dan 9000 menimpa mobil penumpang umum.
Dengan demikian probabilitas terjadinya kecelakaan mobil pribadi adalah :
a.  Tanpadibobot P (E)   = 1000/10.000 = 0,1 = 10 %
b.  Denganbobot P (E)   = 1,818  = 18,18 %

2.   Notional Risiko
           Diukur berdasarkan nilai eksposur (obyek yang rentan terhadap resiko). Contohnya, pengukuran risiko kredit dengan metode notional. Jika perusahaan meminjamkan uang kepada pihak lain senilai Rp 2 milyar, maka besarnya risiko kredit berdasarkan pendekatan notional adalah Rp 2 milyar.
3.      Sensitivitas Risiko
           Diukur berdasarkan seberapa sensitif suatu eksposur (obyek yang rentan terhadap resiko) terhadap perubahan faktor penentu. Contoh paling populer adalah risiko aset keuangan atau sekuritas, yang diukur berdasarkan sensitivitas tingkat pengembalian (return) aset yang bersangkutan terhadap perubahan tingkat pengembalian pasar. Ukuran ini dikenal sebagai Beta Pasar. Contoh lain adalah degree of operating leverage (DOL), yang mengukur sensitivitas laba operasi terhadap perubahan penjualan. DOL digunakan sebagai ukuran risiko bisnis.
4.      Volatilitas Risiko
           Diukur berdasarkan seberapa besar nilai eksposur (obyek yang rentan terhadap resiko) berfluktuasi (tidak tetap). Ukuran yang umum adalah standar deviasi (penyimpangan). Semakin besar standar deviasi suatu eksposur, semakin berfluktuasi (tidak tetap) nilai eksposur tersebut, yang berarti semakin Beresiko eksposur atau aset tersebut.
5.      Pendekatan VaR ( value at risk )
           Risiko diukur berdasarkan kerugian maksimum yang bisa terjadi pada suatu aset atau investasi selama periode tertentu, dengan tingkat keyakinan (level of confidence) tertentu. Untuk mengukur risiko dengan pendekatan VaR, diperlukan data standar deviasi dan skor Z dari tabel distribusi normal. Contoh: diketahui standar deviasi dari suatu aset bernilai Rp 1 juta adalah 2,4%. Pada tingkat keyakinan 95%, skor Z-nya adalah 1,645. Maka besarnya risiko (dalam nilai Z) adalah 0,024 x 1,645 = 0,040. Jika nilai Z tersebut dikembalikan ke nilai awalnya menjadi 0,040 x Rp 1 juta = Rp 40 ribu.
6.      Matriks frekuensi dan signifikansi risiko
           Teknik pengukuran yang cukup sederhana (tidak terlalu melibatkan kuantifikasi yang rumit) adalah mengelompokkan risiko berdasarkan dua dimensi yaitu frekuensi (jumlah) dan signifikansi (meyakinkan). Terdapat 2 hal dalam proses tersebut yaitu :
·         Mengembangkan standar risiko
·         Menerapkan standar tersebut untuk risiko yang telah diidentifikasi.
7.      Analisis skenario
Kemampuan manajer/perusahaan untuk memprediksi apa yang akan terjadi, dan berapa besarnya kerugian yang diperoleh. Example: Teknik pengukuran berbeda tingkat kecanggihannya (tingkat kuantifikasi), dalam artian   beda tipe resiko beda juga tekhnik yang digunakan.

Berikut contoh tipe resiko dan teknik pengukurannya:
Tipe risiko
Definisi
Teknik pengukuran
Risiko pasar
Harga pasar bergerak kea rah yang tidak menguntungkan (merugikan)
Value at Risk  (VAR), stresstesting
Risiko kredit
Counterparty tidak bisa membayar kewajibannya  (gagal bayar) ke perusahaan
Credit rating, creditmetrics
Risiko perubahan tingkat bunga
Tingkat bunga berubah yang mengakibatkan kerugian pada portopolio perusahaan
Metode pengukuran jangka waktu, durasi
Risiko operasional
Kerugian yang terjadi melalui operasi perusahaan (misal system yang gagal, serangan teroris)
Matriks frekuensi dan signifikansi kerugian, VAR Operasional
Risiko kematian
Manusia mengalami kematian dini (lebih cepat dari usia kematian wajar)
Probabilitas kematian dengan table mortalitas
Risiko kesehatan
Manusia terkena penyakit tertentu
Probabilitas terkena penyakit dengan menggunakan table morbiditas
Risiko teknologi
Perubahan teknologi mempunyai konsekuensi negative terhadap perusahaan
Analisis skenario


Jenis Pengukuran Resiko
1.      Pengukuran Kegawatan Kerugian
Untuk mengetahui berapa besarnya nilai kerugian, yang selanjutnya dikaitkan dengan pengaruhnya terhadap kondisi perusahaan, terutama kondisi finansialnya.
·         Kemungkinan kerugian maksimum dari setiap peril (Suatu peristiwa (event) yang kejadiannya menimbulkan LOSS atau penyebab langsung kerugian).
·         Probalilitas kerugian maksimum dari setiap peril (Suatu peristiwa (event) yang kejadiannya menimbulkan LOSS atau penyebab langsung kerugian ).
·         Keseluruhan (aggregat) kerugian maksimum setiap tahunnya
2.      Pengukuran Frekuensi Kerugian
Untuk mengetahui berapa kali suatu jenis peril (Suatu peristiwa (event) yang kejadiannya menimbulkan LOSS atau penyebab langsung kerugian) dapat menimpa suatu jenis objek yang bisa terkena peril (Suatu peristiwa (event) yang kejadiannya menimbulkan LOSS atau penyebab langsung kerugian) selama suatu jangka waktu tertentu, yang umumnya satu tahun. Maka yang perlu diperhatikan yaitu :
·         Beberapa jenis kerugian yang dapat menimpa suatu objek.
·         Beberapa jenis objek yang dapat terkena suatu jenis kerugian
Berdasarkan dimensi frekuensinya ada empat kategori kerugian :
·         Almost nil (hampir nihil atau tidak ada)
·         Slight (sedikit hampir tidak ada)
·         Moderate (sedikit ada)
·         Definite (pasti ada)
Dalam mengukur besarnya suatu risiko sebaiknya menggunakan ukuran Rupiah (satuan uang). Dari hasil pengukuran resiko tersebut maka kerugian yang menimpa seseorang atau perusahaan dapat dikategorikan dengan skala sebagai berikut: 
1 = Kerugian sangat kecil
2 = Kerugian kecil
3 = Kerugian menengah
4 = kerugian besar
5 = kerugian sangat besar
Pada setiap kejadian yang merugikan, biasanya ada dampak yang langsung dan dampak yang tidak langsung. Untuk mengukur kerugian langsung yang ditimbulkan oleh suatu kejadian yang merugikan ada beberapa konsep yang dapat digunakan, yaitu antaranya nilai perolehan. Selanjutnya untuk mengukur kerugian tidak langsung antara lain adanya tambahan biaya misalnya berupa biaya sewa dan berkurangnya pendapatan. Sebagian kerugian langsung sangat sulit untuk ditentukan.

Manfaat Pengukuran Resiko
Adapun manfaat pengukuran resiko yaitu:
·       Untuk menentukan kepentingan relatif dari suatu risiko yang dihadapi.
·       Untuk mendapatkan informasi yang sangat diperlukan oleh Manajer Risiko dalam upaya menentukan cara dan kombinasi cara-cara yang paling dapat diterima/paling baik dalam penggunaan sarana penanggulangan risiko.


Daftar Pustaka
Wibawa, Fajri Arif. “Makalah Pemahaman Tentang Pengukuran”. http://fajriarifwibawa.blogspot.co.id/2015/04/ (Diakses pada 25 Maret 2017)

Faris, Agung. “Pengukuran Resiko”. http://agungfaris.wordpress.com/2012/10/23/ (Diakses pada 23 Maret 2017)

Herman, D.Manajemen resiko”. cet.12; Jakarta: Bumi Aksara. 2010.


Azizah. “Pengukuran Resiko dan Distribusi Probabilitas”. https://aiiuazizhah.wordpress.com/2013/01/29/ (Diakses pada 25 Maret 2017)