Pengertian Pengukuran Resiko
Pengukuran resiko adalah usaha untuk mengetahui besar/kecilnya resiko
yang akan terjadi. Hal ini dilakukan untuk melihat tinggi rendahnya resiko yang
dihadapi perusahaan, kemudian bisa melihat dampak dari resiko terhadap kinerja
perusahaan sekaligus bisa melakukan prioritisasi resiko, resiko yang mana yang
paling relevan.
Pengukuran resiko merupakan tahap lanjutan setelah pengidentifikasian resiko. Dimana pengidentifikasian risiko pada dasarnya merupakan kegiatan analisis secara sistematis dan berkesinambungan untuk menemukan/mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan terjadinya kerugian yang potensial yang dihadapi/mengancam perusahaan.
Pengukuran resiko merupakan tahap lanjutan setelah pengidentifikasian resiko. Dimana pengidentifikasian risiko pada dasarnya merupakan kegiatan analisis secara sistematis dan berkesinambungan untuk menemukan/mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan terjadinya kerugian yang potensial yang dihadapi/mengancam perusahaan.
Hal ini dilakukan untuk menentukan relatif pentingnya resiko, untuk
memperoleh informasi yang akan menolong untuk menetapkan kombinasi
peralatan manajemen resiko yang cocok untuk menanganinya. Dimensi (bagian) yang
harus diukur:
1.
Frekuensi atau jumlah kejadian yang akan terjadi
Besarnya
kemungkinan kejadian artinya berapa besar kemungkinan suatu peril (Suatu peristiwa (event) yang
kejadiannya menimbulkan LOSS atau penyebab langsung kerugian) yang dapat
menimbulkan risiko dapat terjadi dalam suatu periode.
2.
Keparahan dari kerugian
Besarnya
kerugian bila suatu risiko terjadi, artinya berapa besar kerugian yang diderita
bila suatu risiko terjadi. Jadi dalam hal ini tingkat kegawatan (reverity)
atau keparahan dari kerugian-kerugian tersebut,
sampai seberapa besar pengaruhnya terhadap kondisi perusahaan, terutama
kondisi finansialnya
Dari hasil pengukuran yang mencakup dua dimensi (bagian) tersebut paling
tidak diketahui:
·
Nilai rata-rata dari kerugian selama suatu periode anggaran.
·
Variasi nilai kerugian dari satu periode anggaran ke periode anggaran
yang lain naik-turunnya nilai kerugian dari waktu ke waktu.
3.
Dampak keseluruhan dari kerugian-kerugian
Yaitu kerugian yang ditanggung sendiri (diretensi), jadi tidak hanya nilai
rupiahnya saja.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan dimensi (bagian)
pengukuran tersebut, antara lain:
1. Orang umumnya memandang bahwa dimensi
kegawatan dari suatu kerugian potensial lebih penting dari pada frekuensinya
atau jumlah kejadian yang akan terjadi.
2. Dalam menentukan kegawatan dari suatu
kerugian potensial seorang Manajer Risiko harus secara cermat memperhitungkan semua
tipe kerugian yang dapat terjadi, terutama dalam kaitannya dengan pengaruhnya
terhadap situasi finansial perusahaan.
3. Dalam pengukuran kerugian Manajer Risiko
juga harus memperhatikan orang, harta kekayaan atau exposures yang lain, yang
tidak terkena peril (Suatu
peristiwa (event) yang kejadiannya menimbulkan LOSS atau penyebab
langsung kerugian).
4. Kadang-kadang akibat akhir dari peril (Suatu peristiwa (event) yang
kejadiannya menimbulkan LOSS atau penyebab langsung kerugian) terhadap kondisi
finansial perusahaan lebih parah dari pada yang diperhitungkan, antara lain
akibat tidak diketahuinya atau tidak diperhitungkannya kerugian-kerugian tidak
langsung.
5. Dalam mengestimasi kegawatan dari suatu
kerugian penting pula diperhatikan jangka waktu dari suatu kerugian, di samping
nilai rupiahnya.
Evaluasi dan pengukuran resiko
Tujuan evaluasi risiko adalah memahami karakteristik risiko dengan lebih
baik. Jika kita memahami risiko dengan lebih baik, maka risiko akan lebih mudah
dikendalikan.
1. Mempelajari karakteristik risiko
2. Melakukan pengukuran terhadap risiko
(mengembangkan ukuran besar kecilnya risiko)
3. Mengukur dampak risiko tersebut terhadap
organisasi
4. Evaluasi dan pengukuran risiko bisa
digunakan untuk melakukan prioritisasi risiko
Tekhnik Pengukuran Resiko
1. Pengukuran
resiko dengan distribusi probabilitas (kemungkinan)
Digunakan
sebagai gambaran kualitatif dari peluang atau frekuensi. Kemungkinan dari
kejadian atau hasil yang spesifik, diukur dengan rasio dari kejadian atau hasil
yang spesifik terhadap jumlah kemungkinan kejadian atau hasil. Probabilitas
dilambangkan dengan angka dari 0 dan 1, dengan 0 menandakan kejadian atau hasil
yang tidak mungkin dan 1 menandakan kejadian atau hasil yang pasti. Konsep
probabilitas yaitu dengan konsep mengenai “sample space”(lingkup kejadian) dan
event suatu kejadian atau peristiwa. Sample Space (Set S) merupakan
suatu set dari kejadian tertentu yang diamati.
Misalnya : jumlah kecelakaan mobil di wilayah tertentu selama periode
tertentu. Suatu Set S bisa terdiri dari beberapa segmen (sub set) atau event (Set
E). misalnya : jumlah kecelakaan mobil
di atas terdiri dari segmen mobil pribadi & mobil penumpang umum.
Seberapa besar kemungkinan (probabilitas) risiko akan terjadi. Ada 5
(lima) kategori probabilitas risiko:
1. Paling kecil kemungkinan terjadinya
(very rare);
2. Jarang (rare);
3. Mungkin (possible);
4. Sangat mungkin (likely); dan
5. Hampir pasti (almost certain).
Untuk
menghitung secara cermat probabilitas dari kecelakaan mobil tersebut
masing-masing Set E perlu diberi bobot.
Pembobotan tersebut biasanya didasarkan pada bukti empiris dari
pengalaman masa lalu. Misalnya : untuk mobil pribadi diberi bobot 2, sedang
untuk mobil penumpang umum diberi bobot 1, maka probabilitas dari kecelakaan
mobil tersebut dapat dihitung dengan rumus:
a.
bilatanpabobot : P (E)
= E/S
b.
bila dengan bobot : P (E)
= W (E)
W (S)
Keterangan : P (E) =
probabilitas terjadinya event.
E = sub set atau event
S =
sample space atau set
W =
bobot dari masing-masing event
Contoh :
Dari catatan polisi diketahui
jumlah kecelakaan mobil di Bandung selama tahun 2000 sebanyak 10.000 kali. Dari jumlah tersebut, 1000 menimpa mobil
pribadi dan 9000 menimpa mobil penumpang umum.
Dengan demikian probabilitas terjadinya kecelakaan mobil pribadi adalah
:
a. Tanpadibobot P (E) = 1000/10.000 = 0,1 = 10 %
b. Denganbobot P (E) = 1,818 = 18,18 %
2. Notional
Risiko
Diukur
berdasarkan nilai eksposur (obyek yang rentan terhadap resiko). Contohnya, pengukuran risiko kredit dengan metode notional. Jika
perusahaan meminjamkan uang kepada pihak lain senilai Rp 2 milyar, maka
besarnya risiko kredit berdasarkan pendekatan notional adalah Rp 2 milyar.
3. Sensitivitas Risiko
Diukur
berdasarkan seberapa sensitif suatu eksposur (obyek yang rentan terhadap
resiko) terhadap perubahan faktor penentu. Contoh paling populer adalah risiko
aset keuangan atau sekuritas, yang diukur berdasarkan sensitivitas tingkat
pengembalian (return) aset yang bersangkutan terhadap perubahan tingkat
pengembalian pasar. Ukuran ini dikenal sebagai Beta Pasar. Contoh lain adalah
degree of operating leverage (DOL), yang mengukur sensitivitas laba operasi
terhadap perubahan penjualan. DOL digunakan sebagai ukuran risiko bisnis.
4. Volatilitas Risiko
Diukur berdasarkan seberapa besar
nilai eksposur (obyek
yang rentan terhadap resiko) berfluktuasi (tidak tetap). Ukuran yang umum adalah standar deviasi
(penyimpangan). Semakin besar standar deviasi suatu eksposur, semakin
berfluktuasi (tidak tetap) nilai eksposur tersebut, yang berarti semakin
Beresiko eksposur atau aset tersebut.
5. Pendekatan VaR ( value at risk )
Risiko diukur berdasarkan kerugian
maksimum yang bisa terjadi pada suatu aset atau investasi selama periode
tertentu, dengan tingkat keyakinan (level of confidence) tertentu. Untuk
mengukur risiko dengan pendekatan VaR, diperlukan data standar deviasi dan skor
Z dari tabel distribusi normal. Contoh: diketahui standar deviasi dari suatu aset bernilai Rp 1 juta
adalah 2,4%. Pada tingkat keyakinan 95%, skor Z-nya adalah 1,645. Maka besarnya
risiko (dalam nilai Z) adalah 0,024 x 1,645 = 0,040. Jika nilai Z tersebut
dikembalikan ke nilai awalnya menjadi 0,040 x Rp 1 juta = Rp 40 ribu.
6. Matriks frekuensi dan signifikansi
risiko
Teknik pengukuran yang cukup
sederhana (tidak terlalu melibatkan kuantifikasi yang rumit) adalah
mengelompokkan risiko berdasarkan dua dimensi yaitu frekuensi (jumlah) dan
signifikansi (meyakinkan). Terdapat 2 hal dalam proses tersebut yaitu :
·
Mengembangkan standar risiko
·
Menerapkan standar tersebut untuk risiko yang telah diidentifikasi.
7.
Analisis skenario
Kemampuan manajer/perusahaan untuk memprediksi apa yang akan terjadi, dan
berapa besarnya kerugian yang diperoleh. Example: Teknik pengukuran berbeda
tingkat kecanggihannya (tingkat kuantifikasi), dalam artian beda
tipe resiko beda juga tekhnik yang digunakan.
Berikut contoh tipe resiko dan teknik
pengukurannya:
Tipe risiko
|
Definisi
|
Teknik pengukuran
|
Risiko pasar
|
Harga pasar bergerak kea rah yang tidak menguntungkan (merugikan)
|
Value at Risk (VAR),
stresstesting
|
Risiko kredit
|
Counterparty tidak bisa membayar kewajibannya (gagal bayar) ke perusahaan
|
Credit rating, creditmetrics
|
Risiko perubahan tingkat bunga
|
Tingkat bunga berubah yang mengakibatkan kerugian pada portopolio
perusahaan
|
Metode pengukuran jangka waktu, durasi
|
Risiko operasional
|
Kerugian yang terjadi melalui operasi perusahaan (misal system yang
gagal, serangan teroris)
|
Matriks frekuensi dan signifikansi kerugian, VAR Operasional
|
Risiko kematian
|
Manusia mengalami kematian dini (lebih cepat dari usia kematian wajar)
|
Probabilitas kematian dengan table mortalitas
|
Risiko kesehatan
|
Manusia terkena penyakit tertentu
|
Probabilitas terkena penyakit dengan menggunakan table morbiditas
|
Risiko teknologi
|
Perubahan teknologi mempunyai konsekuensi negative terhadap perusahaan
|
Analisis skenario
|
Jenis Pengukuran Resiko
1. Pengukuran
Kegawatan Kerugian
Untuk
mengetahui berapa besarnya nilai kerugian, yang selanjutnya dikaitkan dengan
pengaruhnya terhadap kondisi perusahaan, terutama kondisi finansialnya.
·
Kemungkinan kerugian maksimum dari setiap peril (Suatu peristiwa (event)
yang kejadiannya menimbulkan LOSS atau penyebab langsung kerugian).
·
Probalilitas kerugian maksimum dari setiap peril (Suatu peristiwa (event)
yang kejadiannya menimbulkan LOSS atau penyebab langsung kerugian ).
·
Keseluruhan (aggregat) kerugian maksimum setiap tahunnya
2.
Pengukuran Frekuensi Kerugian
Untuk
mengetahui berapa kali suatu jenis peril (Suatu peristiwa (event) yang
kejadiannya menimbulkan LOSS atau penyebab langsung kerugian) dapat menimpa
suatu jenis objek yang bisa terkena peril (Suatu peristiwa (event) yang
kejadiannya menimbulkan LOSS atau penyebab langsung kerugian) selama suatu
jangka waktu tertentu, yang umumnya satu tahun. Maka yang perlu diperhatikan
yaitu :
·
Beberapa jenis kerugian yang dapat menimpa suatu objek.
·
Beberapa jenis objek yang dapat terkena suatu jenis kerugian
Berdasarkan dimensi frekuensinya ada empat
kategori kerugian :
·
Almost nil (hampir nihil atau tidak ada)
·
Slight (sedikit hampir tidak ada)
·
Moderate (sedikit ada)
·
Definite (pasti ada)
Dalam
mengukur besarnya suatu risiko sebaiknya menggunakan ukuran Rupiah (satuan
uang). Dari hasil pengukuran resiko tersebut maka kerugian yang menimpa
seseorang atau perusahaan dapat dikategorikan dengan skala sebagai berikut:
1 = Kerugian sangat kecil
2 = Kerugian kecil
3 = Kerugian menengah
4 = kerugian besar
5 = kerugian sangat besar
Pada setiap
kejadian yang merugikan, biasanya ada dampak yang langsung dan dampak yang
tidak langsung. Untuk mengukur kerugian langsung yang ditimbulkan oleh suatu
kejadian yang merugikan ada beberapa konsep yang dapat digunakan, yaitu
antaranya nilai perolehan. Selanjutnya untuk mengukur kerugian tidak langsung
antara lain adanya tambahan biaya misalnya berupa biaya sewa dan berkurangnya
pendapatan. Sebagian kerugian langsung sangat sulit untuk ditentukan.
Manfaat Pengukuran Resiko
Adapun manfaat pengukuran resiko yaitu:
·
Untuk menentukan kepentingan relatif dari suatu risiko yang dihadapi.
·
Untuk mendapatkan informasi yang sangat diperlukan oleh Manajer Risiko
dalam upaya menentukan cara dan kombinasi cara-cara yang paling dapat
diterima/paling baik dalam penggunaan sarana penanggulangan risiko.
Daftar
Pustaka
Wibawa, Fajri Arif. “Makalah Pemahaman Tentang Pengukuran”. http://fajriarifwibawa.blogspot.co.id/2015/04/
(Diakses pada 25 Maret 2017)
Faris, Agung. “Pengukuran Resiko”. http://agungfaris.wordpress.com/2012/10/23/ (Diakses pada 23
Maret 2017)
Herman, D. “Manajemen resiko”. cet.12; Jakarta: Bumi Aksara. 2010.
Azizah. “Pengukuran
Resiko dan Distribusi Probabilitas”. https://aiiuazizhah.wordpress.com/2013/01/29/ (Diakses
pada 25 Maret 2017)